Surabaya, rakyatdemokrasi.org- Meroketnya harga kebutuhan pokok menjelang ramadhan, membuat kaum emak-emak menjerit histeris. Bagaimana tidak? harga kebutuhan pokok ditemukan di pasar-pasar tradisional seolah membuat jantungan.
Saat di telusuri, salah satu contoh di pasar tradisional area Surabaya Utara, harga sepotong tempe, yang biasanya dua ribu rupiah, kini melonjak menjadi tujuh ribu rupiah.
"Saya beli tiga ribu rupiah, alamaakk, dapatnya gak sampai separoh." Ujar emak-emak pembeli yang tampak mengelus dada sebagai bentuk protes.
Bukan hanya harga tempe dan tahu, harga daging pun juga mengalami kenaikan yang dirasa sangat berat sekali.
"Biasanya saya beli 5kilo, sekarang gak berani mas, naiknya sungguh fantastis." Ungkap pria separuh baya yang mengaku sebagai pedagang soto daging.
Sedangkan Yn, pengusaha tempe disekitaran Pogot Surabaya, mengaku lesu, karena terancam gulung tikar.
"Sudah tiga hari ini, saya tidak produksi mas, harga kedelai ngeri sekali, tapi sekarang saya buat lagi, mau gak mau, saya harus naikkan harganya, kalau saya gak produksi, gak ada pemasukkan nantinya, modal pasti akan habis untuk kebutuhan sehari-hari." Ungkap Yn dengan nada lesu.
Hal ini, ditenggarai terkait kenaikkan harga tersebut dipicu dari kenaikkan bahan pokok yang lain. Sedangkan Mendag Lutfi saat sidak Migor di Surabaya beberapa waktu lalu berjanji akan terus melakukan stabilisasi harga dan stok migor.
Menurut dia, dalam empat hari terakhir pihaknya sudah menggelontorkan 73 juta liter migor di seluruh Indonesia. Padahal, kebutuhannya hanya separo dari angka itu.
“Tapi, karena barangnya masih jarang, kita ingin pastikan distribusi segera turun,” kata Lutfi di Pasar Tambakrejo.
Selain menggelontorkan migor curah dengan harga Rp 10.500, pihaknya juga melakukan inspeksi kepada pemasok dan distributor agar tidak main-main. Sehingga pasokan menjadi tersendat.
“Saya akan mengecek di mana kebuntuannya kenapa ada yang masih main-main dengan harga. Harga minyak curah itu Rp 11.500. Nanti akan ada truk setiap hari ke pasar dengan harga Rp 10.500 sebagai penyeimbang supaya tidak ada yang main-main lagi,” tegasnya.
Gejolak harga minyak goreng tidak hanya terjadi di sisi hulu, tetapi belakangan juga terhambat dari sisi penyaluran ke pasar tradisional. Bahkan, sebagian besar distributor masih menahan pasokan migor ke pasar yang menyebabkan harganya di atas HET untuk konsumen.
“Distributor harus mengikuti peraturan yang telah ditetapkan,” ujarnya.(mrd)