Surabaya, rakyatdemokrasi.org- Sering buang air kecil di malam hari adalah kondisi yang kerap bikin susah tidur, sehingga kualitas istirahat bisa terganggu.
Sering kencing ini kuantitas urinenya bisa banyak dan berulang kali sepanjang malam. Atau, terkadang urine yang keluar hanya sedikit atau lazim dikenal dengan anyang di malam hari.
Untuk mengenal gangguan yang kerap mengganggu waktu istirahat ini, kenali penyebab dan cara mengatasi sering buang air kecil di malam hari.
Dilansir dari Sleep Foundation, berikut beberapa kemungkinan penyebab sering buang air kecil di malam hari:
Minum terlalu banyak cairan sebelum tidur
Minum banyak cairan; terutama yang mengandung alkohol atau kafein seperti kopi, teh, cokelat, atau soda praktis membuat tubuh mengolah banyak cairan; sehingga Anda jadi buang air kecil berkali-kali di malam hari.
Faktor Usia
Seiring bertambahnya usia, tubuh akan memproduksi lebih sedikit hormon anti-diuretik, yang membantu mempertahankan cairan di dalam tubuh.
Hal ini membuat produksi urine naik, terutama di malam hari. Otot-otot di kandung kemih juga bisa melemah dari waktu ke waktu, sehingga kalangan lansia kerap sulit menahan pipis di malam hari.
Konsumsi obat tertentu
Mengonsumsi obat-obatan yang sifatnya diuretik, seperti obat penurun tekanan darah tinggi, dapat menyebabkan tubuh membuang kelebihan cairan dan garam.
Efek obat ini bisa memicu sering kencing, termasuk di malam hari.
Sleep apnea
Gangguan tidur sleep apnea yang menyebabkan pernapasan terhenti berulang kali di malam hari.
Gangguan tidur ini mengurangi aliran udara dan kadar oksigen selama tidur, serta memengaruhi hormon yang dapat meningkatkan produksi urine.
Kebiasaan Secara tidak sengaja, beberapa orang memiliki kebiasaan terbangun di malam hari dan buang air kecil.
Masalah kandung dan saluran kemih
Penyakit infeksi saluran kencing (ISK) dapat menimbulkan gejala sering buang air kecil, termasuk di malam hari.
Infeksi ini rentan dialami wanita, pria yang mengalami prostat bengkak, atau orang yang kandung kemihnya terlalu aktif.
Kehamilan dan persalinan Ibu hamil mungkin akan sering mengalami buang air kecil karena efek dari kehamilan dan persalinan.
Kondisi ini dapat melemahkan kandung kemih dan otot-otot dasar panggul.
Poliuria Poliuria adalah kondisi tubuh yang memproduksi terlalu banyak urine, sehingga kandung kemih tidak mampu menampungnya.
Penyebab lain Kemungkinan penyebab lain sering buang air kecil di malam hari lainnya adalah penyakit diabetes atau kencing manis, tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung.
Mengingat ada beberapa kemungkinan penyebab kondisi ini, ada baiknya Anda yang mengalami kondisi ini berkonsultasi ke dokter.
Terutama jika sering kencing disertai gejala penyakit lainnya.
Cara mengatasi sering buang air kecil di malam hari
Cara mengatasi sering buang air kecil di malam hari perlu disesuaikan dengan akar penyebab masalahnya.
Selain itu, sejumlah perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi produksi urine di malam hari.
Dilansir dari Healthline, berikut ini cara mengatasi sering buang air kecil di malam hari yang bisa dijajal, di antaranya:
- Mengurangi asupan cairan malam hari, terutama sebelum tidur
- Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol, upayakan sejak sore hari Duduk selama satu jam sebelum tidur dengan kaki terangkat agar air yang terkumpul dapat mengalir menuju kandung kemih sebelum Anda berbaring di malam hari Melakukan latihan dasar panggul (seperti kegel) untuk membantu membangun kekuatan dan kesehatan otot panggul
- Mencoba teknik pelatihan kandung kemih, seperti buang air kecil dengan interval tetap yang meningkat secara bertahap
- Hindari beberapa jenis makanan yang bisa menyebabkan iritasi kandung kemih, seperti coklat, makanan pedas, makanan asam, dan pemanis buatan
- Tidur siang, cukup 10 menit, agar aliran darah dapat menyerap cairan, sehingga urine banyak keluar di siang hari Mengenakan stoking kompresi untuk membantu distribusi cairan di dalam tubuh
Di luar beberapa cara mengatasi sering buang air kecil di malam hari di atas, terkadang kondisi ini perlu perawatan medis dan terapi obat tertentu.
Terutama jika kondisi ini terkait penyakit tertentu seperti infeksi, diabetes, tekanan darah tinggi, atau penyakit jantung. (*)