Rakyatdemokrasi.org- Saba desa atau berkeliling ke desa-desa sering dilakukan Sunan Gunung Jati dalam menyiarkan Islam. Dalam perjalanannya menuju ke Luragung, Kuningan, Sunan Gunung Jati singgah di sebuah dukuh yaitu Sangkan Hurip.
Di pedukuhan Sangkan Hurip, Sunan Gunung Jati melihat seorang laki-laki yang sedang menyadap tuak. Terlihat orang tersebut begitu tamak. Ia menginginkan tuak yang disadapnya melimpah.
Terlihat dari apa yang dilakukannya, ia masih terus menyadap tuak itu. Meskipun tempat yang ia bawa sudah terisi penuh semua.
Sunan Gunung Jati pun menghampiri orang tersebut yang ternyata adalah seorang pimpinan dukuh tersebut. Ia adalah Kuwu Sangkan Hurip.
"Seandainya engkau mau, bacalah "'Asyhadu anla Ilaha Illallah, wa asyhadu anna Muhammadan Rosulullah. Jika engkau membaca ini niscaya penghasilan kamu akan melimpah," kata sunan yang bernama Syekh Syarif Hidayatullah itu.
Usai berkata demikian, Syekh Syarif Hidayatullah pun pergi meninggalkannya. Kuwu Sangkan Hurip menjadi penasaran mendengar mantra yang baru ia dengar. Karena sebelumnya belum pernah ia dengar.
Rasa penasaran yang tinggi akhirnya dia membacakan mantra yang diajarkan Sunan Gunung Jati tersebut. Dengan harapan hasil sadapan tuaknya akan semakin melimpah.
Namun setelah ia membacakan mantra tadi, tuak yang ia sadap malah berhenti seketika dan tidak keluar lagi. Kuwu Sangkan Hurip sangat kesal dan sangat murka. Ia pun mengejar Sunan Gunung Jati, hingga menemukannya.
Belum sempat ia marah, sang sunan menyuruh Kuwu Sangkan Hurip untuk menengok ke belakang. Hal ajaib justru terjadi. Kuwu Sangkan melihat banyak emas di belakangnya.
Kemudian ia berlari melihat emas yang ada. Ia semakin terbelalak kalau itu benar-benar emas sungguhan. Kuwu Sangkan Hurip pun hendak berterima kasih kepada Sunan Gunung Jati.
Namun sayang sang sunan sudah menghilang entah ke mana. Namun dalam hati Kuwu Sangkan Hurip menyatakan, kapan pun Sunan Gunung Jati datang lagi akan menyambutnya dan akan menjadi pengikutnya. Karena telah memberikan dia banyak harta.
Hingga waktu berjalan, Sunan Gunung Jati yang hendak pulang dari Kuningan kembali lewat ke pedukuhan Sangkan Hurip lagi. Dan kembali bertemu dengan Kuwu Sangkan.
Kuwu Sangkan bergegas untuk menghormati Sunan Gunung Jati dan menyediakan makanan yang enak-enak untuknya.
Sunan Gunung Jati kemudian memakan jamuan yang disajikan Kuwu Sangkan, seekor ayam panggang yang disajikan begitu lezat hingga tersisa tulang belulang saja.
Sunan Gunung Jati bertanya kenapa ayam panggang yang disajikan begitu lezat sekali. Dijawab Kuwu Sangkan Hurip bahwa itu ayam yang sedang mengeram untuk menetaskan telur-telurnya.
Demi menghormati Sunan Gunung Jati ia sembelih ayam dan menyajikannya. Mendengar hal itu Sunan Gunung Jati menasihati Kuwu Sangkan Hurip, untuk tidak berlaku kejam dengan memisahkan induk dari anak ayam yang akan menetas.
Kuwu Sangkan Hurip yang merasa bersalah hanya bisa terdiam. Namun belum juga ia berkata apa apa tulang ayam yang berserakan kembali berubah menjadi seekor ayam dan hidup lagi.
Menyaksikan keramat yang dimiliki Sunan Gunung Jati di depan matanya sendiri, Kuwu Sangkan akhirnya menyatakan diri masuk Islam. Kuwu Sangka juga mengabdikan diri kepada Sunan Gunung Jati.
Itulah sedikit cerita tentang kehebatan keramat yang dimiliki Sunan Gunung Jati. Hingga banyak orang dengan mudah masuk ajaran agama Islam. Wallahu a'lam bishawab.***